Pandemi Covid-19 di Indonesia jika dihitung sejak diumumkan terdeteksinya pada Maret 2020, sudah berlangsung hampir 1,5 tahun. Kita sebagai bangsa Indonesia, sama seperti bangsa lain yang terus bertahan dan melawan berpacu dengan waktu, mencari solusi untuk menghadapi gelombang virus yang terus bertambah dan berkembang.
Saat ini vaksin dianggap mampu untuk menekan resiko fatal yang disebabkan oleh Covid-19. Di Indonesia vaksinasi Covid-19 pertama kali dilakukan pada 13 Januari 2021. Saat itu Bapak Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang mendapatkan kesempatan untuk menerima vaksin CoronaVac buatan Sinovac. Sejak saat itu vaksinasi di seluruh negeri mulai berjalan.
Selain berupaya membuat vaksin sendiri, untuk mendukung target vaksinasi untuk seluruh masyarakat Indonesia, negara kita membeli dan mendapat hibah berbagai jenis vaksin. Hingga saat ini ada 5 jenis vaksin covid-19 yang digunakan di Indonesia, yaitu CoronaVac (Sinovac), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer.
Sempat terpapar covid-19 pada akhir November 2020 lalu, saya ingat ketika pada 13 Januari 2021 vaksinasi pertama diberikan kepada Bapak Jokowi dan sejumlah petinggi negara, saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju sebuah rumah sakit untuk melakukan tes PCR guna meyakinkan bahwa saya sudah sepenuhnya sembuh dan negatif dari covid-19. Saat itu saya berpikir, apakah jika orang yang sudah pernah terpapar seperti saya perlu divaksin juga?
Setelah mendapat informasi bahwa penyintas covid-19 pun menjadi target program vaksinasi dengan syarat sudah 3 bulan sejak dinyatakan sembuh. Sebetulnya saya mendapat info mengenai vaksin ketika puskesmas di daerah tempat tinggal saya mengadakan vaksinasi khusus warga sekitar dengan menggunakan vaksin CoronaVac, saat itu saya mendaftar namun karena kondisi tubuh tidak sedang keadaan fit dan ada kendala persyaratan dokumen, sehingga tertunda. Akhirnya saya mendaftar kembali di bulan Agustus dan mendapat panggilan vaksinasi pertama pada 25 Agustus 2021.
Awalnya pendaftaran vaksinasi dilakukan secara online, namun saat mendaftar untuk kedua kalinya kemarin pendaftaran vaksinasi sudah dilakukan dengan cara mendaftar ke kader di RW sambil menyerahkan foto copy KTP dan Kartu Keluarga, lalu kader tersebut memberitahukan jadwal vaksinasi dan memberikan sejumlah form isian yang berkaitan dengan kondisi kesehatan kita dan surat pernyataan bahwa kita bersedia menerima vaksin covid-19.
Pada 25 Agustus 2021, sesuai waktu yang sudah dijadwalkan, saya tiba di Puskesmas pukul 07:45 dan terkejut ketika melihat antrian sudah mengular cukup panjang. Sempat mendengar bahwa kuota perhari adalah 150 orang membuat saya sedikit khawatir apakah kedatangan saya yang ternyata terlalu siang akan mendapat kuota atau tidak. Alhamdulillah tak lama setelah mengantri, petugas Puskesmas membagikan form isian sekaligus nomor antrian, 119 adalah menjadi nomor yang penuh kesan bagi saya pada hari itu.
Singkat cerita akhirnya vaksinasi dilakukan sesuai urutan dan sosialisasi mengenai vaksin yang akan digunakan dilakukan sebanyak dua kali per batch berdasarkan nomor antrian untuk memudahkan pendataan dan menghindari terjadinya kerumuman.
Batch saya saat itu berjumlah 10 orang terdiri nomor urut 111 - 120. Setelah menyerahkan berkas dokumen yang sudah diisi dan ditandatangani, kemudian lanjut mengantri menunggu giliran untuk pemeriksaan tensi dan anamnesa mengenai kondisi kesehatan kita. Saat itu saya ditanya apakah memiliki alergi yang saya jawab dengan kata "tidak". Lalu kembali ditanya apakah pernah terpapar covid-19 sebelumnya, saya jawab "iya" dan menjelaskan kapan saya terpapar. Pertanyaan pun berlanjut apakah sekarang merasakan sesak nafas dan saya jawab "tidak". Setelah melihat hasil tensi saya yang ternyata baik, akhirnya saya diputuskan untuk bisa divaksin.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya tiba giliran batch saya dipanggil. Sebelum melakukan vaksinasi, dokter menjelaskan jenis vaksin yang akan disuntikan dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang mungkin terjadi pasca vaksinasi. Saat itu dokter mengatakan vaksin Moderna yang akan disuntikan ada kemungkinan mengakibatkan gejala (KIPI) yang cukup terasa, diantaranya akan terasa sakit, ngilu, ataupun bengkak di area suntik, demam, menggigil, sakit kepala, mual, nyeri persendian maupun kelelahan. Gejala-gejala tersebut umumnya muncul 6 jam pasca vaksin. Namun, jika muncul gejala-gejala tersebut tidak perlu panik karena hal tersebut wajar. Jika terjadi pembengkakan atau rasa nyeri di area suntik, dianjurkan untuk kompres dengan air dingin atau es batu. Jika terjadi demam dan gejala lainnya, boleh minum parasetamol jika sudah lewat 24 jam pasca vaksin. Sebisa mungkin banyak minum air putih, makan, dan istirahat pasca vaksin. Setelah dokter selesai menjelaskan dan menjawab beberapa pertanyaan, vaksinasi pun dimulai.
Jujur saja saya takut jarum suntik, sambil menunggu giliran dan berdoa mata saya memperhatikan proses vaksinasi beberapa orang sebelumnya hingga akhirnya tiba giliran saya. Saya kira jarumnya akan terasa sakit tapi ternyata tidak sama sekali. Alhamdulillah vaksinasi nya berjalan lancar.
Setelah selesai divaksin, saya menuju ke area observasi untuk menyerahkan kartu vaksin dan mengisi google form yang berkaitan dengan pola hidup dan data singkat riwayat penyakit keluarga dan diri sendiri lalu menunggu sekitar 15 menit untuk mendapatkan kartu vaksin yang sudah diberi stempel. Alhamdulillah vaksin ke-1 sudah saya jalani dengan lancar tanpa ada kendala. Terima kasih kepada pihak yang sudah membantu ๐
Pengalaman KIPI akan saya ceritakan secara terpisah ๐
-------------------------------------------------------------I.E.A---------------------------------------------------------